Haji & Umroh itu Panggilan, Dipanggil atau Terpanggil ?
Allah tidak MEMANGGIL mereka yang MAMPU tapi Allah MEMAMPUKAN mereka yang TERPANGGIL untuk berkunjung ke Baitullah (ka’bah).
 
Menurut makna bahasa, Haji berarti menyengaja atau mengunjungi, sedangkan dalam terminologi islam, Haji itu berarti berkunjung ke Baitullah untuk melaksanakan beberapa amalan-amalan seperti wukuf, tawaf, sa’i serta amalan lainnya pada masa tertentu untuk mendapatkan pahala dan ampunan dari Allah SWT.  Keseluruhan rangkaian pelaksanaan ibadah haji itu dilakukan di Arab Saudi, sehingga siapapun yang berangkat kesana tentulah orang yang mampu dan memiliki bekal materi yang cukup.
 
Bila anda selesai membaca catatan saya ini kemudian anda langsung berniat dan bersungguh-sungguh akan melaksanakan Haji atau Umroh, ada 2 kemungkinan saja yang bakal terjadi:

 

1. Anda mempunyai kesempatan bisa melaksanakan keinginan Haji & Umroh.

 

2. Anda tidak mempunyai kesempatan untuk melaksanakan keinginan Haji & Umroh.

 

Untuk memahami bahasa “punya kesempatan” atau “tidak punya kesempatan” dalam hal Haji & Umroh kita cukup mengingat contoh nyata  “Tukang Becak Naik Haji” , “Penjual Gorengan Naik Haji, “Tukang kopi naik haji” setelah menabung selama 20 tahun”,  atau sinetron “Tukang Bubur Naik Haji”, kemudian… tengok teman atau tetangga kita yang mampu beli mobil Rp.100jt – Rp.500jt hingga 1 milyar  tapi belum Haji juga walau ongkos haji hanya berkisar Rp.38 jutaan. Begitulah rahasia Haji…. 
 
✅Banyak orang yang mampu tetapi tidak sempat.
✅Ada yang sempat tetapi ia tidak mampu.
✅Ada lagi yang sempat dan mampu tetapi tidak sehat.
✅Ada juga yang mampu, sempat dan sehat tetapi harus menunggu 25 tahun lagi.
✅Ada yang mampu, sempat dan sehat tetapi hatinya tidak tergerak untuk berhaji.
 
(maaf tidak ada niat menyindir si miskin atau si kaya, ini dalam konteks pemahaman “kesempatan” itu tadi).
 
 
HAJI  ITU PANGGILAN, DIPANGGIL, ATAU TERPANGGIL ?

 

Untuk memudahkan memahami kata di atas, kita sandingkan saja padanan perubahan kata “panggil” dengan “daftar” :  “panggilan, dipanggil, terpanggil”  dengan  “DAFTAR, DIDAFTAR, TERDAFTAR”.

 

Untuk jadi TERDAFTAR, kita harus DAFTAR terlebih dahulu setelah kita tahu adanya pengumuman pendaftaran dan kita juga harus pastikan bahwa kita sudah ada DIDAFTAR.  Begitu juga sebelum kita jadi “Terpanggil” tentu kita harus merespon panggilan agar kita bisa dipanggil dan masuk daftar Terpanggil.
 
Allah sudah menyebarluaskan panggilan atau undangan ini kepada seluruh umat manusia. Undangan ini sudah dibuat oleh Allah dan disebarluaskan untuk hambaNya sejak ribuan tahun lalu oleh Nabi Ibrahim AS dan dilanjutkan oleh Rasulullah SAW, undangan ini akan tetap ada sampai akhir zaman.

 

Panggilan yang satu ini adalah sebuah “inisiatif” yang didasari keimanan dan taqwa, yang ‘mengharuskan’ diri untuk mau hadir, ‘harus’ bisa hadir, ‘harus’ merasa tidak enak jika tidak hadir.  Memang benar-benar tidak ada pilihan lagi bagi yang berkesempatan. Harus hadir. Urusan undangan yang satu ini kaitan tanggung jawabnya lebih berat daripada sekedar ‘tidak enak’ pada si Pengundang. Tidak semudah itu pula lantas kita ‘bisa’ menghubungi si Pengundang dan dengan enteng memohon maaf atas ketidak hadiran kita karena bermacam alasan-alasan tertentu.
 
Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (QS. Ali ‘Imraan [3]; ayat: 96-97). 

 

Hadits Rasulullah SAW bersabda. “Orang yang punya bekal dan kendaraan yang bisa membawanya melaksanakan ibadah haji ke Baitullah tapi dia tidak melaksanakannya, maka jangan menyesal kalau mati dalam keadaan yahudi atau nasrani. (HR. Tirmizy).
 
Jadi…. Allah  memanggil, kita dipanggil, tetapi hanya “sebagian” saja dari kita yang “terpanggil”. Itu semua tergantung respon kita setelah menerima panggilan. 
 
Saya pikir kurang tepat apa yang kita lakukan ketika ada orang yang mau berangkat haji/umroh kita ngomong (titip pesan) “nanti nama saya di panggil / di sebut ya…..” karena sebenarnya bukan kapasitas manusia (jamaah) untuk melakukan panggilan ini. Cukuplah kita minta didoakan saja sesuai apa yang kita harapkan karena sesungguhnya sebagai insan kita mesti saling mendoakan dalam kebaikan.
 
BELUM ADA PANGGILAN

 

Saya sebenarnya kurang setuju dengan penyebutan haji adalah “Panggilan Allah”  atau dengan alasan “Belum Ada Panggilan”.
 
Dengan penyebutan “panggilan Allah” itu kok kayaknya mengesankan bahwa Allah itu pilih kasih kepada hambanya. Lah apa itu berarti orang yang belum haji itu bukanlah orang pilihan? bukanlah orang-orang yang disukai Allah? Apakah Allah lebih memandang orang yang berhaji itu lebih mulia daripada mereka yang belum haji itu?  Apakah Allah sama sekali tidak melihat niat dan usaha hambanya itu untuk bisa berangkat ke tanah suci ?

 

Allah itu pasti suka kepada semua hamba yang beribadah kepadaNya, dan itu tidak terbatas hanya kepada ibadah haji saja. Allah pasti juga suka kepada mereka yang melaksanakan sholat, puasa dan ibadah lainnya, asal dengan satu syarat, bahwa semua itu dilakukan benar-benar niat karena Allah, bukan karena pamer atau niat lainnya.
 
Jadi istilah “Haji itu panggilan Allah”  akan lebih tepat bila diganti dengan “Haji adalah atas izin Allah”.
 
KEINGINAN YANG KUAT

 

Yakinlah bahwa Allah tidak memanggil mereka yang mampu tapi Allah memampukan mereka yang terpanggil.

 

Untuk bisa menjadi yang “terpanggil” niat saja tidak cukup. Harus dengan “niat dan keinginan yang kuat” yang dimanifestasikan dalam tindakan kita.  Berdoa setiap waktu dan mengerahkan segenap tenaga dan usahanya untuk bisa pergi ke Baitullah. Keinginan yang kuat akan menuntun kita ke jalan menuju Baitullah.  Kalo ternyata sampai menjelang ajal kita belum bisa merealisasikan niat dan keinginan kuat kita untuk mengunjungi Baitullah dengan berbagai alasan, kita masih ada peluang untuk berhaji yaitu anak cucu kita yang akan menghajikan. (Badal Haji)
 
BELUM SIAP

 

Jika kita lahir dan dibesarkan sebagai seorang muslim, bukankah kita sudah disiapkan sejak dini ?  Bukankah rukun islam adalah syahadat, sholat, zakat, puasa ramadhan dan haji ?   Jika Islam diibaratkan sebagai sebuah bangunan, maka Rukun Islam merupakan tiang-tiang penyangga utama bangunan itu.
 
Bangunlah tiang-tiang itu dan mulailah dari yang paling bisa dan memungkinkan untuk dibangun.  Sejak dini semestinya kita juga sudah harus siap-siap menyediakan material-material yang diperlukan untuk membangun tiang-tiang tersebut.  Namun kenyataannya banyak yang sekedar atau bersungguh-sungguh membangun 4 tiang utama dan mengesampingkan 1 tiang utama itu.

 

Wallahualam bishowab. Semoga Allah mngijabah niat dan doa baik kita semua serta memberikan kelancaran dan kemudahan dalam semua prosesnya. Aamiin3x Allahuma aamiin ya mujibasailin. 
Untuk melihat semua produk Haji, Umroh, Paket Wisata, dan produk lainnya dari Wahid Raja Wisata, anda bisa download aplikasi di Playstore dengan klik link dibawah ini

Aplikasi Wahid

Menata langkah menuju Allah

 

Kalau ada cara hanya dengan menabung setiap bulan 500rb selama 10 bulan, terus bisa dpt banyak benefit seperti ini :

 

✅Lisensi bisnis travel haji umroh
✅Umroh gratis senilai 30jtan
✅Uang saku senilai 5jt
✅Produk kesehatan senilai 3jt
✅Dan benefit lainnya untuk Tabungan Haji, Tabungan Masa Depan, Tabungan Pendidikan, Dan Tabungan Lainnya.

 

Mau ajah atau mau banget ??

 

Cari tahu dengan jarimu
https://bit.ly/TabunganSobat
https://bit.ly/TabunganSobat
https://bit.ly/TabunganSobat

Disclaimer:

 

Semua photo, copywriting, video, system, formula dan yang lainnya yang ada dalam konten ini memiliki Hak Cipta dan dilindungi oleh Hak Kekayaan Intelektual. Segala macam bentuk penyalahgunaan tanpa seizin dari Wahid Raja Wisata akan ditindak tegas dan diproses sesuai hukum yang berlaku.

 

Copyright 2020 Wahid Raja Wisata, All Right Reserved